7 Tahun telah
berlalu kasus terbunuhnya Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) “Munir” belum juga
bisa terungkap. Segala upaya telah
dikerahkan oleh pembela Munir namun hingga saat ini pihak yang berwenang belum memberikan
kepastian yang jelas akibat terbunuhnya Munir di Pesawat pada waktu itu. Banyak
polemik kemudian bermunculan pasca aktivis tersebut terbunuh. Ada yang
mengatakan bahwa Munir sengaja dibunuh oleh kelompok tertentu yang berlawanan
kepentingan dengan Aktivis Ham tersebut. Ada yang mengatakan Munir meninggal di
karenakan sakit yang dideritanya.
Memang sampai
saat ini kasus terbunuhnya Munir belum juga mampu diungkap oleh pihak yang
berwenang, lambanya penanganan kasus ini membuat para pendukung Munir geram
hingga aksi tiap tahun pun harus dilakukan guna mengigatkan serta sebagai
ungkapan kekecewaan terhadap lambannya Pemerintah dalam menangani kasus ini.
Pihak keluargapun sangat menyayangkan kondisi tersebut, seyogianya Pihak
berwenang mampu mengungkap dengan terang benderang kasus ini namun seolah-olah
pemerintah berusaha untuk bungkam dan seolah menutup mata terhadap kasus yang
menimpa Pejuang Kemanusiaan tersebut.
Kronologis
singkat kematian Munir terjadi pada 7 tahun yang lalu tepatnya 7 September,
ketika Munir ingin melakukan lawatan ke Negeri Kincir Angin “Belanda”. Munir
menaiki salah satu Pesawat komersil milik Indonesia. Namun di perjalanan menuju belanda Munir mengalami
sakit sehingga menyebabkannya harus keluar masuk toilet. Pada saat itu awak dan
bebarapa penumpang pesawat pun berusaha menolongnya hinggga akhirnya pejuang
HAM tersebut harus kembali ke pangkuan Tuhannya. Berita meningalnya Munir
mengagetkan Pihak keluarga dan banyak teman-teman seperjuangnnya. Seakan-akan
tak percaya akan kepergiannya sang Pejuang HAM tersebut. Pasalnya kepergian
Munir ke Belanda tidak Nampak ada sakit yang sementara di deritanya. Berangkat dari
alas an tersebut maka kesimpulan sementara beberapa pihak, meninggalnya Munir
ini merupakan skenario kelompok tertentu. Kondisi ini menjelaskan betapa
buruknya wajah hukum yang ada di negeri kita. Sehingga untuk mencari kebenaran
sejati bukanlah hal yang mudah, keadilan dan kebenaran hanya milik kelompok
tertentu. Semoga kasus Munir ini memberikan kita pelajaran yang berarti.
Selamat jalan Munir, kini engkau telah tiada namun semagat perjuanganmu telah terpatri pada jiwa jiwa kemanusiaan demi keadilan dan kebenaran engkau korbankan dirimu semoga semangat mu akan diteruskan oleh generasi muda Indonesia. Selamat jalan pejuang kemanusiaan semoga engkau bahagia berada di sisi-NYA.